Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

PARADIGMA SOSIOLOGI

PARADIGMA SOSIOLOGI Meskipun masih terjadi banyak perdebatan dalam penggolongan paradigma dalam ilmu Sosiologi, namun secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga paradigma (George Ritzer: 2004­). Ketiga paradigma dimaksud adalah : Pertama, Paradigma Fakta Sosial. Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma fakta sosial terdiri dari dua tipe, yaitu Struktur Sosial dan Pranata Sosial. Teori yang tergabung adalah Teori Fungsionalisme Struktural , Teori Konflik, Teori Sistem, dan Teori Sosiologi Makro. Tokoh aliran ini antara lain : Emile Durkheim, Talcot Parson, Robert K. Merton, Herbert Gans, Karl Mark, Ralp Dahrendorf dan lain-lain. Metode penelitian empiris yang digunakan cenderung ke arah metode kuesioner dan interviu. Variabel penelitian lebih ke arah Group. Kedua, Paradigma Definisi Sosial . Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma definisi sosial adalah tentang Tindakan Sosial, yaitu tindakan individu mempunyai makna atau arti subyektif ba

high speed download dengan maxthon

http://dl.maxthon.com/mx2/mx_2.5.14.277.exe

chat mudah, minimalis dg google talk

chat ria dengan google talk, download here: http://www.google.com/talk/

pencitraan Islam di mata global

SETTING GLOBAL PENCITRAAN ISLAM syamsul amal Beberapa Kritik terhadap Islam dan Reaksinya Sebagai sebuah agama, Islam tidak lepas dari kecaman dan kritik. Salah seorang di antaranya adalah Salman Rusydi penulis buku The Satanic Verses, by: Salman Rusydi, novel yang pernah di-pleset-kan menjadi “Salmanic Verses by: Satan Rusydi” ditulis pada tahun 1988. Di dalam novel ini, Salman menokohkan Allah, Nabi Muhammad, istri, dan juga sahabat-sahabatnya. Salman mengambil Jahiliyyah; Arab, Makah, termasuk juga sekeliling Ka’bah, sebagai setting cerita. Substansi novel ini telah menimbulkan asumsi publik bahwa Salman sudah tidak Muslim lagi, murtad! Novel ini (dianggap) telah mendistorsi elemen-elemen penting Islam. Ia telah melekatkan karakter dan sifat-sifat ‘muhâl’ Rasul pada seorang Muhammad, melalui tokoh Mahound. Dengan demikian, al-Qur`an –yang diyakini umat Islam sebagai wahyu dari Allah—tak lagi sakral, karena penyampainya bukan seorang yang ma’sûm. Melalui penokohan seorang sahabat d