PARADIGMA SOSIOLOGI

PARADIGMA SOSIOLOGI



Meskipun masih terjadi banyak perdebatan dalam penggolongan paradigma dalam ilmu Sosiologi, namun secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga paradigma (George Ritzer: 2004­). Ketiga paradigma dimaksud adalah :
Pertama, Paradigma Fakta Sosial. Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma fakta sosial terdiri dari dua tipe, yaitu Struktur Sosial dan Pranata Sosial. Teori yang tergabung adalah Teori Fungsionalisme Struktural, Teori Konflik, Teori Sistem, dan Teori Sosiologi Makro. Tokoh aliran ini antara lain : Emile Durkheim, Talcot Parson, Robert K. Merton, Herbert Gans, Karl Mark, Ralp Dahrendorf dan lain-lain. Metode penelitian empiris yang digunakan cenderung ke arah metode kuesioner dan interviu. Variabel penelitian lebih ke arah Group.
Kedua, Paradigma Definisi Sosial. Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma definisi sosial adalah tentang Tindakan Sosial, yaitu tindakan individu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Teori yang tergabung adalah Teori Aksi, Interaksionisme Simbolik, dan Fenomenologi. Tokoh aliran ini antara lain : Weber, Herbert Blumer, Florian Znaniencki, Persons, Cooley, John Dewey, Robert Park, GH Mead, dan lain-lain. Metode penelitian empiris yang digunakan cenderung ke arah metode observasi, dengan tipe Participant Observation, Participant as Observer, Observer as Participant, dan Complete Observer. Variabel penelitian bisa Individual atau Group.
Ketiga, Paradigma Perilaku Sosial. Yang menjadi pusat perhatian dalam paradigma perilaku sosial adalah hubungan antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya. Teori yang tergabung adalah Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange. Tokoh aliran ini antara lain : BF Skinner dan George Homan. Metode penelitian empiris yang digunakan cenderung ke arah metode kuesioner, interviu dan observasi. Variabel penelitian lebih ke Individual.

Sosiologi Perspektif Fakta Sosial

Fakta sosial bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan individu merupakan hasil proses pendefinisian reslitas sosial, serta bagaimana orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari adalah bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya sendiri.
Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :

1. Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao egoisme, altruisme, dan opini.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe, masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, system sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial :
1. Nilai-nilai umum ( common values )
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.

Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. Masing-masing adalah :
1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifestasi, dan keseimbangan.
2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-struktural) dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantar unsure-unsurnya.
3. Teori Sistem
4. Teori Sosiologi Makro
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.

Paradigma Definisi Sosial

Tokoh utama dari paradigma definisi social adalah Max Weber. Ritzer (2003:38) mengungkapkan bahwa pokok persoalan dalam paradigma ini adalah tindakan social. Tindakan social adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Weber mengemukakan lima pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu:
  1. Tindakan manusia, yang menurut si actor mengandung makna yang subjektif.
  2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif.
  3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
  4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
  5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Adapun tiga teori yang yang termasuk ke dalam paradigma definisi social adalah sebagai berikut:
  1. Teori Aksi (Action theory), dalam teori ini diterangkan mengenai kesukarelaan.
  2. Interaksionisme Simbolik (Simbolic Interaksionism), dalam teori ini diterangkan bahwa organisasi masyarakat manusia merupakan kerangka dimana terdapat tindakan social yang ditentukan oleh kelakuan individunya.
  3. Fenomenology (Phenomenology), dalam teori ini diterangkan bahwa ada beberapa kerangka social yang nyata yang dapat dibedakan dari tindakan-tindakan manusia individual, namun demikian teori ini juga melihat bahwa manusia individual sebagai orang yang kreatif terhadap kenyataan dirinya sendiri.
Dari perbedaan teori paradigma definisi social di atas, terdapat persamaan sebagai berikut:
  1. Manusia adalah merupakan actor yang kreatif dari realitas sosialnya.
  2. Realitas social bukan merupakan alat yang statis daripada paksaan fakta social.
  3. Manusia mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak di luar batas control dari fakta social.
Adapun metode yang biasa digunakan para penganut Paradigma Definisi Sosial adalah metode observasi.

Perilaku Sosial
Tokoh utama dalam paradigma perilaku social adalah B.F. Skiner. Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan factor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam factor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap terhadapa perilaku. Rizer. (Ritzer, 2003:72)
Masih dalam sumber yang sama dijelaskan mengenai dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku social, yaitu:
1.   Teori Behavioral Sociology, teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian, atau dengan kata lain menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang.
2.   Teori Exchange, tokoh utamanya adalah George Homan. Teori ini dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta social, terutama menyerang ide Durkheim melaui pandangannya tentang emergence, psikologi dan metode penjelasan dari Durkheim.
Adapun metode yang biasa digunakan dalam Paradigma Perilaku Sosial adalah kuesioner, interview dan observasi. Namun demikian metode ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

pencitraan Islam di mata global